Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

KEJUJURAN KUNCI DARI KEBERHASILAN



Kejujuran merupakan suatu keadaan dengan mengatakan dan melakukan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Namun kondisi tersebut sekarang ini sudah semakin banyak yang terkikis. Banyak orang berfikir, perlukah kita berbuat jujur dan bagaimana cara kita berbuat jujur????. Ketika dihimpit suatu keadaan, siswa mulai mencari berbagai cara agar dia bisa meraih apa yang diinginkan, sehingga aspek kejujuran lebih banyak dikesampingkan.
Sebenarnya faktor utama untuk membentuk kejujuran dimulai dari lingkungan terdekat yang ada pada siswa. Adapun lingkungan tersebut adalah lingkungan keluarga dalam hal ini orang tua membawa peran penting dalam membentuk kejujuran siswa. Orang tua harus bisa memberikan contoh kepada anaknya dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.
Faktor pembentukan karakter kejujuran yang lain adalah dari lingkungan sekolah dalam hal ini adalah guru. Guru merupakan contoh dan panutan bagi para siswanya untuk dapat menjadikan siswa agar bisa berbuat jujur. Guru harus bisa memberi contoh konkrit kejujuran baik melalui ucapan maupun melalui perbuatan.
Sebagai pendidik, guru harus bisa menjadi teladan. Ini adalah harga mati. Guru bukanlah orang yang bertugas menjadikan seseorang pandai semata, ia juga perlu menunjukkan kepada siswanya bagaimana bersikap yang baik dalam hidup.
Kadang-kadang yang terjadi sebaliknya. Guru secara tidak sadar melakukan perbuatan yang menjadi contoh buruk bagi peserta didik, dalam hal kejujuran. Misalnya saja guru yang memanipulasi nilai ujian (mengatrol nilai) agar ia tidak perlu melakukan remidial teaching, atau agar tidak dianggap gagal dalam mengajar, atau guru yang malah menyarankan agar siswanya memanipulasi nilai rapor agar bisa masuk ke lembaga pendidikan favorit.
Yang sering terjadi adalah seperti kasus di sekolah-sekolah pada umumnya guru menyuruh siswanya menyontek saat ujian atau UNAS. Ini ironis, seorang guru yang harusnya memberi keteladanan malah menjerumuskan siswanya dalam tindakan tercela. Bukan menjadi teladan, guru seperti ini malah menjadi pelaku kejahatan.
Jadi tidak bisa dipungkiri lagi, agar terwujud peran guru dalam membangun budaya kejujuran akademik, hal pertama yang mesti ia lakukan adalah menjadi teladan, tentu teladan yang baik.
Di sisi lain guru juga harus mengetahui beberapa alasan siswa berbuat tidak jujur sehingga dapat mengubah kelakuan siswanya. Adapun alasan siswa berbuat tidak jujur adalah
  1. Kurang percaya diri terhadap potensi yang dimilikiya
  2. Karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk berbuat tidak jujur
  3. Karena keinginan untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Disamping menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur—dengan jujur pula—guru juga perlu memberikan pengarahan kepada peserta didik tentang pentingnya kejujuran. Ini bukanlah tugas guru agama semata, tapi tugas semua guru. Guru perlu menyadari perannya dalam membangun budaya kejujuran akademik sebagai “tugas bersama”, bukan tugas “mereka”. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan menyelipkan nilai-nilai moral—tidak hanya kejujuran—dalam materi-materi yang mereka ajarkan.
Tidak hanya didalam kelas, guru juga perlu memberikan pengarahan di luar kelas. Guru bisa memposisikan diri sebagai teman, yang bisa diandalkan siswa untuk mendapatkan pendidikan nilai-nilai. Peran guru dalam membangun budaya kejujuran akademik tidak terbatas di dalam kelas atau saat pelajaran, tapi juga di luar kelas saat tidak ada jam pelajaran.
Nah melihat kondisi ini saja, seorang guru memiliki tugas dan peranan sangat berat, tidak hanya memberikan pemahaman pembelajaran yang disampaikan saja tetapi sangat dianjurkan, diharapkan dan diberi kepercayaan penuh dari orang tua dapat memberikan tauladan yang baik dan berperan aktif membangun karakter anak sehingga membentuk kepribadian yang baik dalam hal pikiran, ucapan dan perbuatan. Tugas yang tak ringan, namun begitu mulia untuk diemban. Dari sekian butir - butir akhlak dan karakter yang harus dikembangkan dan mendapat penekanan khusus dalam dunia akademik yaitu soal kejujuran. Kejujuran harus digenggam teguh mulai usia dini, dimanapun dan kapanpun. Disini guru berperan mengarahkan, mengingatkan dengan bahasa yang baik dan mudah diresapi anak, serta memotivasi anak untuk selalu berbuat jujur. Keberhasilan seorang anak akan berpengaruh pada kehidupan. Karena keberhasilan bila diraih tanpa kejujuran pada hakikatnya adalah kegagalan.
Dalam setiap proses pembelajaran tidak ada salahnya guru selalu menyisipkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan nilai – nilai hidup berbudi luhur sehari – hari. Sesungguhnya anak – anak peka dengan nilai – nilai kebenaran. Begitu menerima satu informasi tentang nilai – nilai positif segera dicerna dan diinternalisasikan kedalam dirinya…..ini sangat bagus walaupun kadang juga membawa dampak pemikiran nantinya.
Keteladanan jauh lebih berpengaruh ketimbang sanksi atau ancaman. Banyak orang sependapat dengan ungkapan itu. Namun sayang tidak banyak yang bertekad melaksanakannya. Siswa mencuri misalnya, guru jangan langsung menuduh dan bersikeras supaya siswa mengakui perbuatannya dengan memberikan sanksi atau ancaman, jika siswa tidak jujur maka akan dikeluarkan dari sekolah, hal ini dapat mempengaruhi siswa untuk mengaku dengan terpaksa, terpaksa mengakui karena tekanan. Sebaiknya guru lebih ramah menyikapi hal tersebut dengan mengambil hati siswa tersangka sehingga siswa jujur dengan kesadarannya.